Rabu, 19 Desember 2012


ISTIMEWANYA KAMU DIMATAKU........

Mendengar kata “retardasi mental” atau “keterbelakangan mental” yang muncul pertama kali dalam benak saya adalah kecacatan, kekurangan, tersingkir, dll. Jauh sebelum saya mengerti makna sebenarnya tentang “retardasi mental” yang sesungguhnya. Ini adalah pengalaman saya tentang bagaimana mengenal anak dengan “keistimewaan” yang dimilikinya. Sebelum saya bercerita lebih lanjut, saya ingin berbagi informasi tentang retardasi mental atau tuna grahita.
DEFINISI
Retardasi mental atau tuna grahita adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki kapasitas intelegensi yang rendah sehingga membuatnya sulit menyesuaikan diri dan sulit memenuhi tuntutan dari masyarakat (Semiun, 2006). Apabila seseorang memiliki fungsi intelektual jatuh ke tingkat retardasi mental setelah berusia 18 tahun, maka orang tersebut tidak dapat di katakan mengalami retardasi mental melainkan dementia. DSM-III R mengemukakan tiga kriteria individu yang mengalami retardasi mental:
1.      Individu harus memiliki “fungsi intelektual umum yang berada di bawah rata-rata secara signifikan”.  Secara teknik, fungsi intelektual dari individu tersebut berada pada IQ 70 atau lebih rendah.
2.      Individu harus mengalami kekurangan atau kerusakan dalam tingkah laku adaptif yang disebabkan karena intelegensinya yang rendah.
3.      Gangguan terjadi sebelum usia 18 tahun.
PENYEBAB
Retardasi mental dapat disebabkan oleh kelainan genetik dan kromosom. Abnormalitas genetik dan kromosom ini yang paling umum menyebabkan adanya retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai dengan adanya kelebihan kromosom pada pasangan kromosom ke 21 sehingga membuat jumlah kromosom menjadi 47, bukan 46 seperti individu normal. Selain itu, retardasi mental yang diwariskan adalah sindrom fragile X. Hal ini disebabkan oleh adanya mutasi gen pada kromosom X. Penyebab lain dari retardasi mental adalah faktor prenatal seperti; ibu hamil yang mengkonsumsi minum-minuman berakohol atau obat-obatan terlarang. Faktor postnatal juga dapat menjadi penyebab adanya retardasi mental, misalnya; saat bayi pernah mengalami benturan yang keras pada kepala.
 TINGKATAN RETARDASI MENTAL
Retardasi mental dibagi menjadi 4 tingkatan;
1.      Retardasi mental ringan (IQ berkisar 50-70)
Saat usia prasekolah susah dibedakan dengan anak-anak normal. Pada tingkatan ini perbedaan terlihat pada usia dewasa, yaitu pada fungsi sosial dimana mereka kurang dapat beradaptasi. Akan tetapi, mereka tetap dapat diajari keterampilan atau pengetahuan dasar.
2.      Retardasi mental sedang (IQ berkisar 35-49)
Anak mampu untuk dilatih melakukan keterampilan kerja dan hanya dapat menguasai beberapa kemampuan akademik. Akan tetapi, biasanya mereka memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis sehingga dapat menghambat keterampilan motorik halus dan kasar. Oleh karena itu, mereka memiliki kesulitan di dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
3.      Retardasi mental berat (IQ berkisar 20-34)
Sejak kecil sudah terlihat abnormalitas fisiknya dan keterbatasan dalam pengendalian dalam sensori dan motorik. Mereka tidak mampu dalam memproses informasi dan membutuhkan bantuan oranglain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4.      Retardasi mental parah (IQ berkisar dibawah 20)
Pada tingkatan ini, anak tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan hanya bergantung pada pengasuh. Tingkat kematian pada masa kanak-kanak pada penderita retardasi mental parah ini sangat tinggi.

Kalian sudah mengetahui gambaran tentang retardasi mental, saya sekarang akan menceritakan pengalaman saya ketika berinteraksi dengan mereka. Pertama kali menginjakkan kaki pada salah satu sekolah luar biasa ini membuat saya takut, cemas, dan bingung harus bagaimana menghadapi anak-anak dengan “keistimewaan” yang mereka miliki. Saya menggunakan kata “keistimewaan” ini karena memang mereka istimewa. Mereka tidak seperti yang saya bayangkan pertama kali ketika saya belum berinteraksi dengan mereka. Ramah, ceria, saling melengkapi, dan memiliki satu sama lain adalah gambaran umum tentang interaksi anak-anak ini dengan teman-teman yang lain. Keterbatasan yang mereka miliki ini membuat mereka terlihat sempurna dimata saya. Mereka membutuhkan dukungan dan perhatian yang lebih untuk membuat mereka merasa nyaman. Dukungan yang paling penting adalah dukungan yang berasal dari keluarga dengan bentuk penerimaan apa adanya kepada anak-anak ini.
Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa di dalam sistem keluarga, anak keterbelakangan mental dianggap sebagai sebuah stressor, satu sisi terhalang dengan keuangan dan sumber-sumber emosional yang dimiliki keluarga (Crnic et al dalam Zigler,1991). Akan tetapi, yang tidak mereka ketahui bahwa anak-anak ini memiliki perannya sendiri dalam kehidupan ini. Mereka memahami rasa dicintai, walaupun tidak secara eksplisit mereka menunjukkan bahwa mereka mengerti tetapi mereka akan membalas dengan cara yang unik dari diri mereka. Coba kita mulai melihat “keistimewaan” yang mereka miliki dengan tidak menggunakan kata”keterbatasan, kekurangan, keterbelakangan, dll”. Mulailah dengan menggunakan kata yang lebih positif seperti “unik atau khusus” sehingga kita akan lebih nyaman dalam mengenal mereka. Mereka bukan sekedar anak-anak yang bersekolah di sekolah luar biasa, tapi bagi saya, mereka adalah adik-adik saya yang juga mau menerima saya dengan apa adanya. Dan itu yang akan selalu menjadi KEISTIMEWAAN kalian dimata saya J
 Maria Angga Anjelika W.
099114085
Daftar Pustaka
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Penerbiat Kanisius: Yogyakarta.
Davidson, Gerald C. Et all. 2006. Psikologi Abnormal edisi ke-9. PT.Grafindo Persada: Jakarta.
Nevid, Jeffrey S. Et all. 2005. Psikologi Abnormal edisi kelima jilid kedua. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Zigler, Edward. Developmental versus difference theories of mental retardation and the problem of motivation. American Journal of Mental Deficiency, Vol 73(4), 1969, 536-556.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar