Minggu, 16 Desember 2012

AKU AKAN LEBIH BAIK, JIKA KAMU BAIK


(All about Tuna Laras)
Mendengar tuna wicara (bisu) atau tuna rungu (tuli) atau tuna netra (buta) sudah biasa bukan ? Lalu bagaimana dengan tuna laras (conduct disorder) ? Artikel ini akan membahas mengenai apa saja sih yang dialami dan bagaimana cara membantu anak-anak CD menjadi lebih baik.
 Conduct disorder (CD) merupakann salah satu bentuk gangguan perilaku dari serangkaian bentuk gangguan perilaku, yakni attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD), Conduct Disorder (CD), ODD (sikap menentang). Serangkaian gangguan perilaku tersebut dapat membentuk kepribadian yang disebut dengan kepribadian anti sosial. CD merupakan sikap dan perilaku anak-anak yang melanggar aturan dalam keluarga, norma sosial dan merugikan orang lain (Mash & Wolfe, 2007).  
Berbagai faktor penyebab dari gangguan perilaku adalah genetik, neurotransmiter (Cook, et al, 2011), peer relation yang agresif (Fraser, et al, 2005), serta broken home atau anak sebagai korban kekerasan fisik (Dodge, 1993). Perkembangan terbentuknya CD dapat dilihat dalam penjelasan sebagai berikut (Dodge, 1993) :

EARLY EXPERIENCES : Pysical abuse, Aggressive Models, Insecure Attachment à Knowledge Structures : Hostile World Scheme, Self-defensive Goals, Aggressive Response Repertoire à Social Information Processing : Hypervigilance to Hostile, Hostile Attributional Bias, Access Aggressive Responses, Anticipate Positive Outcomes for Aggresing à Behavior : Aggressive Behavior à Conduct Disorder

Berdasarkan penjelasan di atas, pengalaman awal sangat dipengarhui oleh lingkungan dimana anak-anak tersebut berada, seperti keluarga dan teman sebaya.


Perilaku agresif dan tidak berkonsentrasi merupakan ciri utama dari CD. Perilaku agresif pun berupa verbal dan nonverbal. Ciri perilaku agresif nonverbal yang ditemui pada anak-anak CD (Kerig & Wenar, 2000 serta hasil observasi pada beberapa anak tuna laras) adalah :
·                Sering mengganggu, mengancam atau mengintimidasi orang lain.
·                Sering memulai pertengkaran fisik.
·                Menggunakan senjata atau benda-benda lain yang dapat menyebabkan luka fisik terhadap orang lain, seperti pisau, pecahan botol, dan lain-lain.
·                Ketika berhadapan dengan korban, bersikap sebagai pencuri, perampas dan sebagainya.
·                Dengan menggunakan kekuatan fisik bersikap bengis terhadap manusia dan binatang.
·                Dengan sengaja membuat suasana panas atau membuat api yang menyebabkan kerusakan yang serius.
·                Dengan sengaja merusak benda-benda orang lain dan benda-benda yang berada disekitarnya.
·                Melarikan diri dari rumah
·                Membolos sekolah
·                Melanggar tata tertib sekolah
Perilaku agresif nonverbal yang ditemui adalah :
·                Berkata-kata kotor
·                Berbohong

Berbagai cara dilakukan untuk membantu anak-anak CD agar berperilaku lebih adaptif, termasuk melalui pendidikan. Beberapa penelitian keefektivan menggunakan metode reinforcement, khususnya token economy dalam membentuk perilaku anak-anak CD agar lebih adaptif (Fraser et al, 2005; Prijonggo & Sumargi, 2001). Hal tersebut juga didukung oleh pengalaman saya dan teman-teman pada saat menjalankan program kami di SLB “E” Prayuwana November 2012 dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Anak Luar Biasa. Selain metode tersebut, ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh para guru dalam menangani anak-anak CD (Prijonggo & Sumargi, 2001) :
·                Guru diharapkan jangan menggunakan nilai-nilai moral atau alasan terhadap anak-anak CD. Hal ini penting, karena jika guru mengatakan bahwa perilaku mereka melukai orang lain, dapat diindikasikan bahwa anak-anak tersebut merasa berhasil dalam mencapai tujuannya untuk melukai orang lain
·                Strategi membuat kelas yang efektif berdasarkan pendekatan proaktif, bukan pendekatan reaktif. Maksud dari hal tersebut adalah bukan pada respon dari guru terhadap perilaku anak-anak yang tidak adaptif, tetapi lebih terhadap bagaimana guru mencegah agar anak-anak tidak berperilaku tidak adaptif. Menurut saya, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan proses pembelajaran yang bervariasi menggunakan experiential learning, sehingga anak-anak tidak bosan dan merasakan sesuatu yang baru di dalam kelas.
·                Guru dapat mengkondisikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar ketrampilan-ketrampilan baru dalam bersosialisasi dan membantu mereka menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam kelas. Hal ini dikarenakan anak-anak dengan CD memiliki pengalaman masa lalu dengan ketrampilan sosial, strategi koping yang kurang. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajarkan anak bagaimana berperilaku asertif. Contohnya, jika anak menginginkan makanan atau permainan dari temannya, anak diajarkan agar mengatakan apa yang ia inginkan dengan tidak menggunakan agresivitas, seperti memukul atau memaki.

Selain metode pendidikan, proses interaksi dengan orang tua juga sangat mendukung dalam pembentukan perilaku anak yang adaptif dengan lebih memiliki banyak waktu dengan anak-anak, sehingga dapat mendengarkan dan memahami apa yang diinginkan. Hal ini dapat membantu anak merasakan bahwa ia sungguh diterima dan dihargai oleh orang tua.  Orang tua juga dapat menggunakan metode reinforcement dalam membentuk perilaku anak. Reinforcement yang diberikan tidak hanya berupa reinforcement positif, tetapi juga reinforcement negatif. Contoh reinforcement positive yang dapat diberikan adalah memberikan reward berupa permainan yang anak-anak sukai, tetapi yang adaptif jika anak berperilaku adaptif. Reinforcement negative dapat dilakukan dengan cara tidak memberikan apa yang diinginkan jika anak berperilaku tidak adaptif. Contoh nyata : anak ingin dibelikan sepeda, tetapi anak meminta dengan menangis dan memukul-mukul orang tuanya. Reinforcement dapat diberikan dengan cara membiarkan anak menangis hingga suatu saat anak tersebut meminta dengan cara adaptif, seperti meminta dengan cara baik-baik, yakni berbicara secara sopan terhadap orang tua. Oleh karena itu, sebagai orang tua sebaiknya jangan hanya melihat perilaku negatif yang dilakukan anak, tetapi lihatlah juga perilaku positif yang mereka lakukan agar mereka merasa dihargai.
Berdasarkan paparan di atas, sangat jelas bahwa anak-anak dengan CD sangat membutuhkan pemahaman dari orang tua ataupun guru alasan mengapa mereka berperilaku seperti itu. Guru dan orang tua sebaiknya lebih menggunakan hati untuk menangani mereka, bukan dengan agresivitas, sehingga seolah-olah menyaingi perilaku mereka. Mereka hanya punya kalian sebagai guru dan orang tua yang dapat dijadikan sebagai cermin untuk melihat masa depan mereka. Jika sebagai guru dan orang tua bertindak baik, atau dengan kata lain tidak agresif, semakin lama anak-anak akan berperilaku dengan lebih baik, karena mereka menjadikan kalian sebagai guru dan orang tua sebagai model. Hal ini membantu mereka untuk mengubah model awal yang mereka peroleh sebagai pengalaman awal dari model agresif ke model lemah lembut. Oleh karena itu, mari kita menggunakan hati kita untuk lebih memahami mereka sebagai anak-anak conduct disorder, agar mereka dapat berperilaku dengan lebih baik.

DAFTAR PUTAKA

Dodge, Kenneth A.1993.Social-Cognitive Mechanisms in The Development of Conduct Disorder and Depression. Annual Review Psychology, vol : 44, halaman : 559-584
Cook, Edwin H, dkk.2011.Interactions Between Early Parenting and A Polymorphism of The Child’s Dopamine Transporter Gene in Predicting Future Child Conduct Disorder Symptoms. Journal of Abnormal Psychology, vol 120, no, 1, halaman 33-45
Fraser, Mark W, dkk.2005.Social Information-Processing Skills Training to Promote Social Competence and Prevent Aggressive Behavior in The Third Grade. Journal of Consulting and Clinical Psychology, vol 73, no 6, halaman 1045-1055
Mash, Eric J & David A. Wolfe.2007. Abnormal Child Psychology. USD : Thomson Wadsworth.
Prijonggo, Constantinus W & Agnes M Sumargi. Conduct Disorder, ADHD and Disruptive Behaviour : One and The Same to Manage in The Classroom ? (A Discussion in The Light of Taditional Classroom Behaviour Management Strategies). Anima, Indonesian Psychological Journal, vol 16, no 1, halaman 3-10
Wenar, Charles & Patricia Kerig.2000. Developmental Psychology from Incancy through Adolecence 4th edition.Mc Graw Hill

Rizky Pradita Manafe (099114020)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar