MIYUKI INOUE :
“KARENA
AKU CACAT, MAKA AKU HARUS BERUSAHA LEBIH KERAS DARI PADA ORANG LAIN”
Ibu
mana yang tidak hancur hatinya ketika mengetahui bahwa anaknya terlahir dengan
keadaan buta? Kisah Miyuki Inoue mungkin salah satu diantara sekian banyak anak
berkebutuhan khusus yang sukses dalam hidupnya, dan telah menginsprisasi banyak
orang. Tidak hanya di negerinya (Jepang), kisah Miyuki yang berprestasi sebagai
pemenang lomba mengarang dan debat tingkat nasional ini juga menginspirasi
banyak orang di seluruh dunia dan karyanya menjadi best seller. Dukungan penuh dari sang ibu, para dokter, perawat,
guru, teman-temannya, dan didikan keras yang didapatkan dari sang ibu menjadi faktor penting dibalik kesuksesannya.
Tunanerta (kebutaan) merupakan
ketidakmampuan dalam pengelihatan. Berdasarkan tingkat gangguannya, tunanetra
dibagi menjadi dua, yaitu buta total dan low
vision (masih mempunyai sisa pengelihatan, namun sangat lemah).
Faktor penyebab ketunanetraan antara
lain:
- Keturunan,
- Gangguan pada masa kehamilan (penyakit menahun, infeksi, luka, maupun kurangnya vitamin tertentu yang dialami ibu selama kehamilan)
- Kecelakaan selama proses persalinan,
- Kerusakan mata yang diakibatkan karena kecelakaan setelah proses melahirkan misalnya mata terkena cairan kimia yang berbahaya, kecelakan, dll. (Novita, 2012)
Pada prinsipnya, untuk mampu menjadi
orang sukses, setiap anak yang terlahir ke dunia harus diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk belajar dan berlatih sesuai minat dan bakatnya masing-masing. Dengan
demikian, tidak hanya anak normal, anak yang berkebutuhan khusus pun akan
menemukan kebahagiaan dan kesuksesan dengan jalan atau caranya masing-masing.
Prinsip hidup Miyuki yang penulis
pergunakan sebagai judul artiket sekiranya mampu mengambarkan ciri-ciri dari
seseorang yang memiliki self-determination.
Self-determination didefinisikan
sebagai suatu kombinasi dari ketrampilan, pengetahuan dan keyakinan bahwa seseorang
terlibat langsung dalam menentukan tujuan, regulasi diri, perilaku otonom.
Seseorang yang memiliki self-determination memperlihatkan pemahaman terhadap
diri sendiri terkait kekuatan dan kelemahan yang ada dalam dirinya, serta
keyakinan pada diri sendiri bahwa dirinya sendiri mampu dan efektif.
Ada faktor-faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam mengoptimalkan kemampuan
anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1.
Kesadaran
diri.
Kesadaran diri akan perilaku yang menghambat maupun
mendukung. Seseorang harus menyadari bahwa perilaku malu-malu, keragu-raguan,
frustrasi, dan depresi hanya akan menghambat self-determination.
2.
Social support.
Social support sangat besar pengaruhnya bagi
self-determination ABK. Social support terdiri
dari anggota keluarga, teman-teman dan lembaga pemerintahan. Hidup dalam
keterbatasan (disability) bisa jadi
begitu sulit sehingga dukungan sosial sangat berperan penting, agar dukungan
yang ada mampu membangkitkan semangat bahwa lingkungan tidak mengharapkan ABK
menjadi hancur atau jatuh melainkan menginginkan ABK menjadi sukses.
3.
Action oriented, problem solving
process.
Maksudnya, self-determination dipengaruhi oleh kemampuan ABK dalam
mengarahkan tindakan dirinya untuk memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi
dengan baik.
4.
Peluang
untuk melakukan perilaku self-determination.
Kesempatan untuk
bereksplorasi dan mempraktekkan self-determination
skills adalah merupakan sesuatu
yang sangat penting. Sebab, pada praktik awalnya dirasa begitu sulit oleh ABK.
Namun, dengan sering mempraktekkannya maka kemampuannya akan terasah. (Angell,
dkk., 2010)
Pada bulan Oktober 2012 penulis
berkesempatan melakukan observasi ke SLB khusus tunanetra di Yogyakarta. Dari hasil
observasi tidak ditemukan kendala yang berarti di SLB ini. Pihak sekolah
berprinsip bahwa meskipun pengelihatan mereka terbatas, mereka tetap
diperlakukan dan diberi kesempatan layaknya anak normal. Selain melakukan
observasi, penulis dan kawan-kawan melakukan wawancara dengan para siswa kelas
empat di sana. Kami menemukan bahwa mereka memiliki minat dalam bidang musik. Namun,
pihak sekolah belum menyediakan wadah bagi mereka untuk menyalurkan
bermusiknya. Akhirnya, penulis, dkk mencetuskan program ektrakurikuler musik untuk
menyalurkan minat dan bakat mereka. Penulis berharap, dengan adanya program
ini, pihak sekolah memiliki inisiatif untuk memberikan peluang bagi para siswa
dalam mengenali minat, kelemahan dan kelebihan dirinya, memiliki wadah untuk mengasah
bakat mereka. Jadi, anak dengan kebutuhan khusus (dalam hal ini tunanetra), harus
diperlakukan, diberikan kesempatan untuk mengembangkan self-determination- nya.
“…Tolong lupakan kalau dia tidak bisa melihat. Jadikan
tangannya sebagai pengganti mata, tuntunlah tangannya untuk menyentuh berbagai
benda…” (Miyuki, 2006)
Yogyakarta, 19 Desember 2012
Tirta Adnyani /099114077
Tirta Adnyani /099114077
Daftar pustaka:
Inoue, Miyuki. 2006. Aku terlahir 500gr dan Buta. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Angell, Maureen e., Julia B Stoner, &
Barbara M. Fulk. 2010. Advice From Adults With Physical Disabilities on
Fostering Selt-Determination During the School Years. TEACHING Exceptional Children, Vol.42, No. 3, pp. 64-75.
Novita,
Chatarina, dan Angela D.N. 2012. Ketunanetraan. (Makalah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar