Rabu, 19 Desember 2012


Perhatian dan Dukungan itu Penting Lho ..
Oleh Bernadeta Dwi Hapsari

            Anak yang berbeda dari anak-anak pada umumnya biasanya akan dianggap sebagai anak yang memiliki kebutuhan khusus (ABK). Ada yang tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna laras, tuna grahita, dan tuna daksa. Kali ini kesempatannya saya membahas bagian tuna daksa. Tuna daksa itu apa sih? Tuna daksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan anggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelainan yang ada di syaraf pusat atau otak, disebut sebagai cerebral palcsy (CP) (dalam Suparno dan Heri Purwanto).
            Selain itu, anak-anak tuna daksa memiliki beberapa karakteristik yang mencakup karakterisktik fisik, kognitif, sosio dan emosi. Kalau karakteristik fisiknya biasanya mengalami gangguan motorik yang berupa kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan keseimbangan. Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik halus (dalam Suparno dan Heri Purwanto). Sama halnya dengan anak-anak tuna daksa yang telah saya observasi disalah satu SLB (Sekolah Luar Biasa) di Yogyakarta, saya kira mereka paling mudah dikenali sebagai penyandang cacat fisik karena penampilan fisiknya yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Anak-anak tersebut mengalami kecacatan pada bagian kaki, sehingga tidak mampu berdiri dan hanya menggunakan kursi roda untuk melakukan aktivitasnya. Jika mereka tidak menggunakan kursi roda pun, mereka hanya mampu merangkak. Saya sempat melihat mereka bermain bola ketika mereka beristirahat. Dan ternyata mereka bermain bola dengan menggunakan tangannya misalnya untuk menendang, mereka hanya bisa memukul bolanya. Mengejar bola pun hanya dengan merangkak. Selain itu, ketika masuk di kelas 2 saya melihat bahwa beberapa dari mereka memiliki kemampuan kurang baik dalam hal motorik halus. Misalnya saja, mereka belum bisa menulis dengan baik dan masih sangat lamban dalam menulis. Akan tetapi, saya merasa perhatian dan dukungan untuk mereka masih sangat penting. Hal ini terlihat dari kesediaan sang guru untuk bisa melayani dan mengajari anak murid sangat kurang peka. Sang guru kurang memberikan perhatian secara individual.
Penerimaan dari masyarakat sangat penting loh untuk perkembangan sosio dan emosi anak penyandang cacat fisik ini. Masyarakat yang mampu menerima kekurangan mereka dan tidak mengabaikan mereka akan membantu proses perkembangan pribadi yang lebih baik untuk mereka. Nah, sama halnya dengan orang-orang yang lain, para penyandang tunadaksa ingin diperlakukan dengan baik, merasakan dirinya berharga. Hal ini merupakan sasaran yang sulit dicapai bagi penyandang tuna daksa (Collins, dalam Nugroho 2010 dalam Ratnaning Sanja 2006). Dalam hal ini, bisa juga kita kaitkan dengan relasi yang terjadi di sekolah antara guru dan murid-murid tuna daksa. Ketika saya melakukan observasi di SLB, saya melihat bahwa relasi antar penyandang tuna daksa ini sangat baik. Mereka dapat bermain bersama dan bercanda bersama serta tidak merasa iri dengan keadaan mereka. Meskipun begitu, ada satu anak yang kurang dapat menjalin relasi baik dengan orang lain. Hal ini nampak ketika setiap berada di sekolah, dia hanya bersama dengan orang tuanya. Selain itu, ketika berada di dalam kelas pun harus didampingin oleh sang ibu dan tidak mau jika ditinggal sendiri di dalam kelas. Melihat proses belajar mengajar yang ada di dalam kelas, menurut saya sangat mempengaruhi kondisi sosio dan emosi si anak tersebut. Sang guru kurang memberikan perhatian dan dukungan kepada si anak, sehingga si anak mencari perhatian dengan cara membanting meja, melempar buku dan terkadang menjahili sang guru sampai sang guru merasa kesal dan akhirnya mengabaikannya. Akan tetapi, sikap mengabaikan yang dilakukan oleh sang guru malah justru membuat si anak semakin merasa tidak diterima oleh orang lain dan akan selalu membuat onar. Hal ini sangat berpengaruh pada emosi yang sensitif dan terlalu peka terhadap keadaan sekitar. Selain itu, sikap mengabaikan sang guru bisa menjadi faktor yang membentuk si anak tidak mampu menerima dirinya sendiri yang memiliki kecacatan tubuh. Karena, penerimaan diri juga lebih mudah dilakukan oleh orang-orang yang mendapatkan perlakuan yang baik dan menyenangkan dari orang lain (dalam Desi Anggraini, 2012). Kemudian, penerimaan diri yang dilakukan oleh sang guru juga dapat mengembangkan self determination si anak penyandang tuna daksa loh.. Menurut Martin dan Marshall (1995) mengatakan bahwa self determined sebagai individu yang tahu bagaimana memilih, mereka tahu apa yang mereka inginkan dan bagaimana mendapatkannya. Selain itu, menurut Powers dkk, menjelaskan self determination sebagai konstruk yang saling melibatkan orang lain mengambil tindakan sendiri, tetapi juga mengajar dan membimbing orang-orang untuk mendukung mereka bagaimana membantu mereka memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan mencapai tujuan mereka pribadi (dalam Maureen, 2010). Sang guru yang mampu mendukung dan memberikan perhatian kepada anak tuna daksa akan membantu si anak mengembangkan self determination. Hal ini dikarenakan si anak akan merasa mendapat arahan dan mampu mencapai sesuatu yang diinginkannya, sehingga tidak lagi bergantung pada orang lain. Nah, penting banget kan perhatian dan dukungan buat anak penyandang cacat fisik J sekarang sebisa mungkin kita lebih menghargai keterbatasan mereka yaa.. dan semoga artikel ini bermanfaat sebagai pengetahuan tambahan J


Referensi
Desi Anggraini, 2012. Hubungan antara Kecerdasan (Emosi, Intelektual, Spritual) dengan Penerimaan Diri pada Dewasa Muda Penyandang Cacat Tubuh di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ratnaning Sanja, 2006. HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KOMPETENSI RELASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUBUH. Universitas Muhhamadiyah Surakrta.
E. Angell, Maureen, et al,. 2010. Advice From Adults With Physucal Disabilities on Fostering Self-Determination During the School Years. Teaching Exceptiona Children Vol. 42 No.3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar