Christi Indriya (099114047)
Ketika
melakukan observasi di SLBN 1 Bantul, ada satu hal yang membuat saya kagum. Hal
itu adalah saat jam pelajaran di kelas, ibu-ibu atau orangtua dari anak tuna
daksa menunggu di luar kelas sembari mengobrol bersama ibu-ibu lain. Saat jam
istirahat, ibu-ibu ini dengan sabar dan telaten masuk kelas dengan membawa
kursi roda dan membawa keluar anaknya dari kelas. Setelah itu, mereka menyuapi
anak mereka dan bermain serta bercanda dan tertawa riang dengan tingkah laku
anak mereka yang lucu. Pemandangan ini sungguh menakjubkan karena ibu-ibu ini
begitu gembira menikmati kegiatan mereka sehari-hari dan tidak ada beban untuk
merawat anak mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Ketika saya bertanya
kepada salah satu ibu mengenai karakteristik sosial serta emosi anaknya,
ternyata walaupun mengalami keterbatasan fisik akan tetapi ia tidak merasa
minder dengan fisiknya dan memiliki banyak teman di lingkungan rumah serta
anaknya sekarang sudah tidak banyak permintaan yang harus dituruti tetapi bisa
menerima keadaan jika tidak semua hal yang dia inginkan bisa dipenuhi. Ibu ini
menurut saya berhasil dalam mendidik anaknya karena ditinjau dari aspek
psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa apatis, malu, rendah diri,
sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap egois terhadap lingkungannya yang
disebabkan oleh perkembangan dan pembentukan pribadi yang kurang didukung oleh
lingkungan sekitar (disadur dari http://runz-seputarplb.blogspot.com/2011/04/psikologi-sosial-anak-tunadaksa.html
pada tanggal 12 Desember 2012).
Dari
pengalaman ini saya menarik kesimpulan bahwa dukungan keluarga adalah hal yang
sangat penting terutama bagi anak penyandang cacat karena keluarga merupakan
lingkungan terdekat dengan anak. Perlakuan keluarga terhadap individu akan
berpengaruh pada perkembangan individu selanjutnya. Dengan dukungan dan
penerimaan dari keluarga, anak juga merasa diterima dan dicintai. Hal ini
menjadikan anak tidak minder dengan lingkungan sekitar terutama jika
berinteraksi dengan anak normal lainnya. Cobb (dalam Friedman & Matteo,
1989), dukungan sosial sebagai informasi yang membimbing seseorang untuk
percaya bahwa ia dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari sebuah jaringan
komunikasi dan kewajiban yang sama. Beberapa bentuk dukungan sosial menurut
Cohen & McKay (dalam Sarafino, 1994), antara lain emotional support, esteem
support, instrumental support, informational support, network support.( disadur
dari http://adl.aptik.or.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=134487)
Selain
itu, dukungan dan penerimaan dari keluarga terutama orangyua akan memberikan
kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus sehingga anak dapat berusaha
mempelajari dan mencoba hal-hal baru terkait keterampilan hidupnya. Sedangkan
penolakan dan kurangnya dukungan dari keluarga dan orang terdekat akan membuat
anak berkebutuhan khusus merasa rendah diri dan kemudian akan menarik diri dari
lingkungan. Mereka akan merasa takut ketika berhadapan dengan orang lain maupun
untuk melakukan sesuatu. Hal ini menyebabkan anak menjadi tergantung pada orang
lain dan tidak berfungsi secara sosial. Johnson
dan Johnson menyatakan bahwa dukungan sosial adalah pemberian bantuan seperti
materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia.
Dukungan sosial juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang
yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan
menjaga individu. (http://wiwinhendriani.com/2011/09/17/dukungan-orangtua-sebagai-determinan-sosial-bagi-perkembangan-anak-berkebutuhan-khusus/)
Berdasarkan
uraian di atas, maka para orangtua serta masyarakat sekitar sangatlah penting
untuk menerima dan mendukung keberadaan anak berkebutuhan khusus karena Di
balik kelemahan atau kekurangan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus masih
memiliki sejumlah kemampuan atau modalitas yang dapat dikembangkan untuk
membantunya menjalani hidup seperti individu-individu lain pada umumnya.
Daftar Pustaka :
runz-seputarplb.blogspot.com/.../psikologi-sosial-anak-tunadaksa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar