Minggu, 16 Desember 2012

Keluargaku, Motovasiku

Christi Indriya (099114047)

Ketika melakukan observasi di SLBN 1 Bantul, ada satu hal yang membuat saya kagum. Hal itu adalah saat jam pelajaran di kelas, ibu-ibu atau orangtua dari anak tuna daksa menunggu di luar kelas sembari mengobrol bersama ibu-ibu lain. Saat jam istirahat, ibu-ibu ini dengan sabar dan telaten masuk kelas dengan membawa kursi roda dan membawa keluar anaknya dari kelas. Setelah itu, mereka menyuapi anak mereka dan bermain serta bercanda dan tertawa riang dengan tingkah laku anak mereka yang lucu. Pemandangan ini sungguh menakjubkan karena ibu-ibu ini begitu gembira menikmati kegiatan mereka sehari-hari dan tidak ada beban untuk merawat anak mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Ketika saya bertanya kepada salah satu ibu mengenai karakteristik sosial serta emosi anaknya, ternyata walaupun mengalami keterbatasan fisik akan tetapi ia tidak merasa minder dengan fisiknya dan memiliki banyak teman di lingkungan rumah serta anaknya sekarang sudah tidak banyak permintaan yang harus dituruti tetapi bisa menerima keadaan jika tidak semua hal yang dia inginkan bisa dipenuhi. Ibu ini menurut saya berhasil dalam mendidik anaknya karena ditinjau dari aspek psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap egois terhadap lingkungannya yang disebabkan oleh perkembangan dan pembentukan pribadi yang kurang didukung oleh lingkungan sekitar (disadur dari http://runz-seputarplb.blogspot.com/2011/04/psikologi-sosial-anak-tunadaksa.html pada tanggal 12 Desember 2012).
Dari pengalaman ini saya menarik kesimpulan bahwa dukungan keluarga adalah hal yang sangat penting terutama bagi anak penyandang cacat karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Perlakuan keluarga terhadap individu akan berpengaruh pada perkembangan individu selanjutnya. Dengan dukungan dan penerimaan dari keluarga, anak juga merasa diterima dan dicintai. Hal ini menjadikan anak tidak minder dengan lingkungan sekitar terutama jika berinteraksi dengan anak normal lainnya. Cobb (dalam Friedman & Matteo, 1989), dukungan sosial sebagai informasi yang membimbing seseorang untuk percaya bahwa ia dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari sebuah jaringan komunikasi dan kewajiban yang sama. Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen & McKay (dalam Sarafino, 1994), antara lain emotional support, esteem support, instrumental support, informational support, network support.( disadur dari http://adl.aptik.or.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=134487)
Selain itu, dukungan dan penerimaan dari keluarga terutama orangyua akan memberikan kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus sehingga anak dapat berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru terkait keterampilan hidupnya. Sedangkan penolakan dan kurangnya dukungan dari keluarga dan orang terdekat akan membuat anak berkebutuhan khusus merasa rendah diri dan kemudian akan menarik diri dari lingkungan. Mereka akan merasa takut ketika berhadapan dengan orang lain maupun untuk melakukan sesuatu. Hal ini menyebabkan anak menjadi tergantung pada orang lain dan tidak berfungsi secara sosial.  Johnson dan Johnson menyatakan bahwa dukungan sosial adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu. (http://wiwinhendriani.com/2011/09/17/dukungan-orangtua-sebagai-determinan-sosial-bagi-perkembangan-anak-berkebutuhan-khusus/)
Berdasarkan uraian di atas, maka para orangtua serta masyarakat sekitar sangatlah penting untuk menerima dan mendukung keberadaan anak berkebutuhan khusus karena Di balik kelemahan atau kekurangan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus masih memiliki sejumlah kemampuan atau modalitas yang dapat dikembangkan untuk membantunya menjalani hidup seperti individu-individu lain pada umumnya.

Daftar Pustaka :
runz-seputarplb.blogspot.com/.../psikologi-sosial-anak-tunadaksa.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar