Rabu, 19 Desember 2012

Berikan Kami Kesempatan yang Sama (TUNANETRA))


Setiap orangtua pasti memiliki keinginan untuk memiliki anak yang sehat dan suatu saat dapat dibanggakan, namun tidak semua orangtua dikaruniai seorang anak yang sehat dan lengkap. Di Indonesia sendiri, tunanetra adalah disabilitas yang paling tinggi presentase penyandangnya. Tunanetra adalah keadaan seseorang yang memiliki kekurangan pada indera penglihatannya. Penyandang tunanetra dibagi menjadi dua kategori, yaitu buta total (total blind) dan yang masih memiliki sedikit penglihatan (low vision).
Secara umum, penyandang tunanetra ini memiliki berbagai masalah untuk menjalani kehidupannya, salah satunya adalah mereka sangat tergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Masalah ini menjadi lebih parah jika orang-orang sekitarnya terutama orangtua selalu menganggap penyandang tunanetra sebagai seseorang yang tidak dapat melakukan apa pun sehinggan harus selalu dibantu. 
Saya memiliki seorang teman sejak sekolah dasar mengalami low vision, oleh orangtuanya teman saya ini sejak kecil disekolahkan di sekolah regular. Setiap pagi, ibunya selalu mengantarkannya ke sekolah namun tidak berada disampingnya ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Teman saya ini membaca tulisan di buku harus menempelkan buku itu ke matanya dan tidak bisa membaca tulisan di papan tulis. Ia tidak malu bertanya dan meminta bantuan pada guru dan teman-temannya. Ia menjadi sangat mandiri dan disukai aleh semua teman, hebatnya dia menjadi salah satu siswa terpintar di kelas. Saat ini teman saya ini berkuliah di salah satu universitas favorite di Jakarta, sekitar beberapa bulan lalu ia diberi kesempatan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.
Ketika saya melakukan observasi di SLB A Yaketunis, saya merasa takjub dengan mobilitas anak-anak penyandang tunanetra disana. Mereka saling berlarian ketika istirahat, mengejar temannya yang menggodanya, tanpa menabrak orang-orang yang berada disekitarnya. Anak-anak penyandang tunanetra ini tinggal di asrama yang disediakan oleh sekolah dan mereka diajarkan untuk mandiri. Mereka dapat mencuci baju sendiri, menyapu, dan mengurus dirinya sendiri. Selain itu, anak-anak ini juga berani untuk pulang ke rumahnya sendiri menggunakan angkutan umum meskipun rumahnya di luar kota.
Setiap orang di dunia ini diciptakan Tuhan dengan sempurna menurut gambaran-Nya. Sebenarnya, yang menganggap diri seseorang kurang atau tidak mampu adalah persepsi keluarga dan masyarakatnya. Ketika seseorang memiliki kekurangan, Tuhan pasti memberikan kelebihan yang dapat dioptimalkan oleh seseorang. Keluarga adalah pihak yang memegang peranan penting dalam kehidupan anak penyandang tunanetra. Keluarga yang memiliki anggota keluarga seorang penyandang tunanetra diharapkan tidak menganggap mereka tidak mampu dan selalu perlu dibantu, ada baiknya keluarga membiarkan penyandang tunanetra ini melakukan sesuatu sendiri agar dapat melatih kemandiriannya namun bukan tidak mempedulikannya.
Selain menjadi mandiri, jika seorang penyandang tunanetra diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu sendiri akan menjadi lebih percaya diri. Ketika kepercayaan diri anak tunanetra menjadi baik, maka konsep dirinya menjadi sehat dan akan berkembang menjadi seseorang yang akan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Berikanlah kesempatan pada mereka untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang kita lakukan karena belum tentu mereka melakukan hal itu lebih buruk dari kita. :)

19 Desember 2012
Chatarina Novita Tri Rahayu (089114083)

DAFTAR PUSTAKA:
Mangunsong, Frieda. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jilid 1. LPSP3. Jakarta
Suparno, Dkk. (2007). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar