Rabu, 19 Desember 2012

Mengupas Sisi Anak Gifted



Mengambil mata kuliah Pendidikan Anak Luar Biasa merupakan minat saya terhadap anak-anak yang memerlukan kebutuhan khusus. Sejauh ini sebelum saya mengikuti mata kuliah ini, anak-anak yang memerlukan “bantuan khusus” adalah anak-anak yang mengalami gangguan mental dan fisik saja. Namun setelah saya mengikuti kelas ini seiring berjalannya waktu saya mendapat pengetahuan mengenai anak gifted. Saya mengira bahwa anak gifted selain memiliki intelektual yang berada jauh diatas rata-rata mereka tidak akan mengalami hambatan apapun dan justru akan membuat orang tua mereka sangat bangga akan kemampuan mereka. Namun ternyata pikiran saya itu salah setelah saya membaca mengenai anak gifted dari berbagai sumber. Saya juga baru mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak gifted bahkan lebih rumit dari yang saya pikirkan. Okee.. mari kita intip mengenai kehidupan anak gifted

ANAK GIFTED DAN ANAK CERDAS APAKAH SAMA?
Kalau kita tidak memiliki panduan bacaan atau referensi mengenai anak gifted, pasti kita akan menganggap bahwa anak Gifted dan anak cerdas itu sama. Namun, lagi-lagi hal tersebut salah. Anak gifted dan anak cerdas memiliki perbedaan antara lain :
©      Dari segi karakteristik, anak gifted kawaspadaan yang tinggi sehingga apabila kita mengambil sisi positifnya anak gifted akan cepat mengetahui masalah apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Namun hal negatifnya adalah anak gifted akan cenderung senang untuk mengoreksi orang lain. Selain itu ternyata anak gifted juga memiliki selera humor yang mana dari sisi positifnya mereka akan menertawakan diri mereka sendiri dan sisi negatifnya adalah mereka akan membuat lelucon yang justru mengorbankan orang lain..
©      Selanjutnya kalau anak cerdas pasti akan menjawab pertanyaan yang benar dan berminat akan sesuatu sedangkan anak gifted akan mempersoalkan suatu pertanyaan dan memiliki rasa penasaran akan sesuatu  
©      Kemudian kalau anak cerdas memiliki gagasan yang bagus dan populer sementara anak gifted memiliki gagasan yang terkesan konyol, aneh, dan di luar keumuman.
©      Sebenarnya anak gifted bukan anak yang rajin belajar seperti anak cerdas tetapi anak gifted  selalu mendapatkan nilai yang bagus. Bedanya adalah kalau anak cerdas biasanya menjawab soal sesuai yang ditanyakan sedangkan anak gifted lebih memperluas konteks jawaban.
©      Perbedaan lainnya, anak cerdas menyukai linearitas sementara anak gifted menyukai kompleksitas. Anak cerdas adalah pemerhati yang baik sedangkan anak gifted adalah pengamat yang kritis.
©      Ada perbedaan pula dalam hal penguasaan materi, kalau  anak cerdas membutuhkan 6-8 kali pengulangan sementara  anak gifted hanya butuh 1-2 kali pengulangan.
©      Anak cerdas dapat memahami gagasan orang lain dengan baik sementara gifted membentuk gagasannya sendiri.
©      Saat anak cerdas menyelesaikan tugas yang diberikan, gifted lebih senang memulai proyeknya sendiri.
©      senang bergaul dengan orang dewasa dibanding anak sebaya merupakan kesenangan anak gifted. Adapun kemampuan anak gifted 4 kali anak biasa.Mereka memiliki kecerdasan intelektual very superior atau skor IQ di atas 130.
©      Tingkat kreativitas dan komitmen kerja anak gifted pun luar biasa. Dengan perkembangan motorik yang melebihi anak biasa, gifted memiliki daya serap yang tinggi juga daya lontar yang tinggi. 

SEBENARNYA ANAK GIFTED ITU APA SIH?
    Di tataran publik istilah gifted pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1869. Gifted dalam pengertian yang diperkenalkan oleh Galton pada masa itu merujuk pada suatu bakat istimewa yang tidak lazim dimiliki oleh manusia biasa yang ditunjukkan oleh seorang individu dewasa. Menurut Galton keberbakatan istimewa ini adalah sesuatu yang sifatnya diwariskan. Artinya keberbakatan istimewa adalah sesuatu potensi yang menurun (genetically herediter). Anak-anak yang menunjukkan suatu bentuk bakat yang istimewa ini kemudian lazim disebut sebagai gifted children.
   
Hollingworth mendefinisikan keberbakatan sebagai potensi anak yang harus digali sehingga saat dewasa akan lebih berkembang. Linda Silverman menambahkan bahwa pada anak berbakat didapatkan perkembangan yang tidak sinkron. Jadi tidak hanya IQ dan kemampuan, tapi juga emosi dan hipersensitifitas.
  
Perkembangan yang tidak sinkron dimaksud adalah perkembangan intelektual, fisik dan emosi tidak berjalan dengan kecepatan yang sama. Kemampuan intelektual selalu berkembang lebih cepat. Dengan adanya perkembangan yang tidak sinkron ini diperlukan modifikasi dalam hal pengasuhan baik oleh orangtua, guru maupun konselor agar anak dapat berkembang optimal.
pemahaman mengenai bakat yang istimewa ternyata beragam. Nah untuk mempermudah pemahaman kita saya akan mencantumkan ciri-ciri anak gifted dari sudut pandang par ahli yang telah melakukan studi dan penelitian tentang anak gifted. 

CIRI-CIRI ANAK GIFTED
Anak-anak ini memiliki komitmen terhadap tugas yang sangat tinggi, mereka memiliki orientasi dan tanggung jawab yang jelas terhadap tugas yang diberikan. Cara lain yang dapat digunakan orang tua dalam mengidentifikasi anak gifted, yakni saat berusia antara 4 sampai 8 tahun. Selain itu juga terdapat beberapa karakteristik tertentu yang dapat diamati saat anak berada di rumah (Smutny, 1999):

1. Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
2. Memiliki perbendaharaan kata yang banyak dan menggunakan kalimat lengkap saat berkomunikasi
3. Memiliki sense of humor dan berpikir dengan cerdas
4. Menyelesaikan masalah dengan cara yang unik atau tidak biasa
5. Memiliki ingatan yang bagus
6. Menunjukkan bakat yang menonjol dalam seni, musik atau drama
7. Menunjukkan imajinasi yang orisinil
8. Bekerja secara mandiri dan berinisiatif
9. Memiliki minat dalam membaca
10. Memiliki perhatian yang menetap atau keinginan yang menetap dalam tugas yang dikerjakan
11. Merupakan anak yang dapat belajar dengan cepat.

Sedangkan dari hasil-hasil penelitian yang dilakukannya, Renzulli dkk menarik kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang pada hakikatnya adalah tiga kelompok ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kemampuan di atas rata-rata
2. Kreativitas tinggi
3. Pengikatan diri atau tanggung jawab terhadap tugas (task commitment)

Keberbakatan itu sendiri sangatlah kompleks, bukan hanya ditentukan oleh Nilai IQ-nya saja, akan tetapi merupakan faktor multidimensi dan dinamis (van Tiel). Carpenter (2001) & Lyth (2003), Membagi anak berbakat atas: 
(I). Ringan (mild) IQ = 115-129; 
(II). Sedang (moderate) IQ = 130-144; 
(III). Tinggi (high) IQ = 145-159; 
(IV). Kekecualian (exceptional ) IQ = 160-179; 
(V). Amat sangat (Profound) IQ = 180 +.
 
IQ normal berkisar antara 85-115, dengan normal absolute 100. Makin besar jaraknya dari nilai normal, makin membutuhkan modifikasi sarana pendidikan  
Umumnya pada anak berbakat, prestasi belajarnya juga tinggi. Tapi dapat pula ditemukan anak berbakat yang prestasinyanya tidak optimal bahkan sering kali bermasalah. Prestasi yang kurang ini sering dianggap karena faktor motivasi dan psikologis. Anak sering dianggap malas dan tidak bersungguh sungguh, dan sering kali orangtua disalahkan karena tidak menerapkan disiplin. Banyak penelitian menyebutkan, diantara anak berbakat tidak berprestasi karena mengalami kesulitan yang terselubung (Silverman 2002).

APA SIH MASALAH YANG DIHADAPI ANAK GIFTED?
     Kondisi atau keadaan yang dialami oleh anak gifted ini merupakan suatu keadaan yang membanggakan dan diidamkan bagi para orang tua. Namun hanya sebagian kecil orang tua yang mampu memahi potensi tersebut. Dalam banyak kasus justru muncul kendala yang dihadapi oleh anak gifted, yakni berupa permasalahan:

1. Anak gifted biasanya memiliki problem dalam membina hubungan dengan teman. Karena kecerdasannya yang tinggi dan kemampuan berpikir yang bagus, sehingga tidak jarang teman sebayanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengimbangi pembicaraan dengan anak ini
2. Kurang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitarnya, karena mereka cenderung mandiri dan sulit untuk merasa nyaman dengan keadaan yang ada
3. Mereka memiliki standart yang tinggi terhadap suatu pekerjaan, sehingga terkadang tidak disukai teman-temannya.

Anak berbakat dapat pula mengalami gangguan belajar. Kelompok ini dibagi atas 3 subgroups yaitu:
1. Anak telah teridentifikasi sebagai berbakat tapi kesulitan disekolah. Anak ini pencapaiannya dibawah kemampuannya, kadang adanya kesulitan belajar tidak terdiagnosa, sampai sekolah memberikan tambahan stimulus, sehingga kesulitan dibidang akademik terlihat dia berada dibawah kemampuan seusianya;
2. Anak dengan kesulitan belajar yang berat, sehingga adanya kemampuan bakat tidak pernah dikenali. Baum 1985 menemukan 33% anak dengan kesulitan belajar mempunyai kemampuan intelektual yang superior. Anak2 ini tidak pernah mendapatkan program untuk anak berbakat;
3. Anak dengan kemampuan dan kesulitan belajar yang saling menutupi secara tumpang tindih. Anak ini berada dikelas regular, dan kemampuannya pada tingkat rata-rata (Brody 1997).

Dari permasalahan sosial yang telah dijelaskan, secara tidak langsung pasti akan berpengaruh terhadap  perkembangan emosinya. Anak akan merasa ditolak oleh lingkungannya, sulit bergaul dan kemudian menarik diri, bahkan frustasi dengan keadaan yang mereka alami. Karena ada perbedaan yang cukup jauh antara keadaan di sekeliling dengan kemampuannya yang jauh lebih tinggi dibanding anak lain seusianya.Sementara itu memperjuangkan pendidikan anak-anak dengan kecerdasan istimewa (gifted children) bukanlah hal mudah. Hal ini karena:
1. Berbagai komponen baik masyarakat, orang tua, dan pihak sekolah masih tidak memahami apa yang disebut anak cerdas istimewa (gifted children).
2. Pendidikan anak cerdas istimewa (gifted children) saat ini yang dikenal di Indonesia hanyalah kelas akselerasi, padahal sementara itu pendidikan model ini secara ilmiah sudah tidak disarankan lagi, karena terbukti justru tidak memperhatikan faktor kreativitas berpikir serta perkembangan sosial emosional seorang anak cerdas istimewa.
3. Karakteristik personalitas dan pola tumbuh kembang alamiah seorang anak cerdas istimewa masih tidak dipahami secara luas, sehingga berbagai kesulitan perkembangan seorang anak gifted tidak pernah dikenal oleh pihak-pihak yang seharusnya menyantuninya, terutama pihak sekolah. Sehingga anak-anak cerdas istimewa justru tidak diterima oleh institusi pendidikan karena dianggap sebagai anak bermasalah. Sekalipun itu adalah kelas akselerasi.
4. Dengan begitu kelas akselerasi pada akhirnya sebagai kelas anak cerdas istimewa tanpa murid cerdas istimewa, umumnya berisi anak cerdas normal yang mempunyai gaya belajar yang cocok dengan program yang ditekankan, yaitu pemampatan materi. Sementara itu anak-anak cerdas istimewa adalah seorang anak yang sangat mandiri, didaktif, kreatif berpikir analisis, tidak dapat ditekan apalagi dilakukan drilling harus cepat-cepet selesai.
5. Tidak pernah disadari bahwa semakin tinggi kecerdasan seorang anak ia akan mempunyai cara berpikir (cognitive style) yang berbeda dengan anak-anak normal sehingga ia membutuhkan ruang gerak leluasa untuk mengembangkan apa yang menjadi minatnya. Ia membutuhkan pendidikan bersama teman-teman sebayanya dalam kelas-kelas sekolah normal, dengan perhatian ektra ke dua arah yaitu kecerdasannya yang istimewa dan juga berbagai kesulitan tumbuh kembangnya. Bentuk kelas seperti ini yang kemudian disebut sebagai kelas-kelas inklusi.
6. Semakin tinggi inteligensia seorang anak, minatnya menjadi semakin sempit pada bidang-bidang khusus.
Maka, Identifikasi lebih awal terhadap anak gifted sangat disarankan karena anak-anak ini memerlukan penanganan atau intervensi sedini mungkin, agar tidak menghambat perkembangannya terutama dalam aspek sosial dan emosi. Orangtua diharapkan mengkomunikasikan hal ini dengan guru sekolahnya, atau dapat berkonsultasi langsung dengan para pakar pendidikan atau Psikolog. Orang tua dituntut dalam rangka pengasuhannya di rumah dan membantu pendidikannya di sekolah, guru dituntut memberikan metoda pengajaran yang cocok.
 
DAFTAR PUSTAKA
 


Somantri ,T. Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa,Bandung: Refika Aditama, 2007
Tirtonegoro ,Sutratianah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Uno ,Hamzah B., Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasn Dalam Pembelajaran,Jakarta: Bumi Aksara, 2009
 


Stenny Prawitasari (099114049)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar