Minggu, 16 Desember 2012


ALL ABOUT MENTAL RETARDATION


PENGANTAR

Anak = Anugerah
Setiap orangtua yang sedang menantikan kehadiran seorang anak memiliki harapan yang besar terhadap anak mereka. Harapan yang seringkali muncul adalah anak mereka mampu lahir dengan selamat, normal dan tidak memiliki kekurangan apapun. Hal tersebut karena anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan bagi setiap pasangan. Untuk itu anugerah tersebut merupakan hal yang istimewa dan hadiah pemberian dari Tuhan. Saat mendengar kata “anugerah” dan “istimewa” pasti semuanya terdengar menyenangkan dan membahagiakan. Akan tetapi bagaimana bila hal itu tidak sesuai dengan harapan? Bagaimana bila anugerah itu tidak terlihat istimewa di mata kita karena hadiah yang diberikan tidak sesuai harapan? Apakah kita masih mau menerimanya?
Aku, Kamu, Kita, Mereka Sama
Setiap orang diciptakan Tuhan sesuai dengan gambar dan rupanya sehingga kehadiran seorang anak tetap merupakan anugerah yang istimewa dan harus disyukuri. Walaupun demikian, setiap individu diciptakan dengan memiliki keunikan masing-masing. Untuk itu, saat kita menyadari bahwa kehadiran anak terlihat berbeda maka yakinlah bahwa perbedaan itu diciptakan untuk saling melengkapi sehingga dapat memperkaya suatu keluarga. Perbedaan yang ada bukan untuk dijauhi dan semakin dikucilkan tetapi lihatlah dari sudut pandang berbeda bahwa mereka tetap sama secara keseluruhan, hanya saja mereka memiliki potensi lain yang harus digali dan dikembangkan.

LATAR BELAKANG

Topik kali ini yang akan dibahas yaitu mengenai “Kasus Anak Tuna Grahita.” Bagi sebagian orang, mungkin merasa asing dengan hal itu. Istilah lain yang biasa digunakan dan lebih sering didengar yaitu “Retardasi Mental” atau “keterbelakangan mental.” Apa sih yang kamu tahu tentang anak retardasi mental??
Info dari beberapa sumber ini mungkin bisa membantu kita untuk memahami lebih dalam tentang retardasi mental:
“Retardasi mental yaitu anak yang tidak memiliki kesempatan untuk model dan belajar perilaku yang diterima secara sosial karena kendala dalam kehidupan mereka sehingga keterampilan sosial yang dimiliki cenderung kurang.” (Journal of Comparison of Direct Instruction and Problem Solving Approach in Teaching Social Skills to Children with Mental Retardation)

“Menurut AAMR (American Association on Mental Retardation) keterbelakangan mental menunjukkan adanya keterbatasan dalam fungsi, yang mencakup fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, dimana berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih dari keterampilan adaptif seperti komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, waktu luang, dll. Keadaan ini tampak sebelum usia 18 tahun.” (Hallahan & Kauffman, 1994)

“Berdasarkan DSM-IV TR, retardasi mental adalah kemampuan intelektual yang rendah, yang muncul sebelum 18 tahun, mengganggu proses perkembangan dan kemampuan normal fungsi pada perilaku adaptif.”

Setelah mengetahui lebih dalam mengenai deskripsi tentang retardasi mental, maka perlu juga diketahui bahwa kasus ini penting untuk menjadi sorotan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dunia menyatakan sekitar 3% anak dari populasi mengalami retardasi mental (7,5 juta orang) dengan hanya menggunakan definisi dari standar IQ. Fakta yang lebih mencengangkan bahwa setiap lima atau menit, seorang anak terlahir dengan retardasi mental (9000 per bulan). Untuk itu, bila di sekitar kita menemui kasus ini perlu untuk mendapatkan perhatian lebih agar bisa membantunya untuk menemukan potensinya.

PEMBAHASAN

Dari data yang telah dipaparkan di atas, maka kita perlu juga mengetahui lebih lanjut mengapa bisa muncul kasus anak dengan retardasi mental. Faktor-faktor apa yang membuat anak terlahir dengan kondisi ini?
Sebenarnya penyebab lahirnya anak dengan retardasi mental hampir sama dengan faktor penyebab dari anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang lain. Dalam hal ini, kita bisa menyebut mereka dengan anak berkebutuhan khusus.
Penyebab (dikutip dari Frieda Mangunsong, 1998)
1.    Bersumber dari luar
a.    Keracunan waktu ibu hami, yang bisa menimbulkan kerusakan pada plasma inti. Misal: karena penyakit sipilis atau kebanyakan minum alkohol.
b.    Kerusakan pada otak waktu kelahiran. Misal: lahir karena alat bantu/ pertolongan, lahir prematur.
c.    Panas yang terlalu tinggi. Misal: pernah sakit keras, typhus, cacar, dsb.
d.   Gangguan pada otak. Misal: ada tumor otak, infeksi pada otak, hydrocephalus.
e.    Gangguan fisiologis.
f.     Pengaruh lingkungan dan kebudayaan.

2.    Bersumber dari dalam
Penyebabnya yaitu karena faktor keturunan. Hal ini dapat berupa gangguan pada plasma inti atau chromosome abnormality. Pada cacat mental ringan penyebabnya karena adanya cultural-familial retardation, dimana 1) tidak ada gejala kerusakan otak; 2) salah satu orangtua terbelakang; 3) salah satu saudara kandungnya terbelakang. Dalam hal ini menunjukkan bahwa cacat mental ringan karena pola asuh yang buruk (kurangnya stimulasi intelektual) dari orangtua yang terbelakang.

Harapan Bangsa
Hasil pemaparan dari faktor penyebab tersebut, harus lebih diperhatikan oleh orang-orang di sekitar yang ingin memiliki anak. Dalam hal ini siapa yang harus disalahkan? Sebenarnya tidak perlu untuk saling menyalahkan, akan tetapi mulailah untuk fokus pada anak berkebutuhan khusus ini, supaya saat mereka tumbuh dapat menjadi anak yang bisa menemukan potensinya dan menjadi harapan bangsa. Belakangan ini, juga semakin banyak anak-anak yang berkebutuhan khusus memperoleh prestasi-prestasi di banyak bidang. Mengapa hal ini tidak bisa kita jadikan sebagai contoh? Mereka bisa dan mampu untuk menjadi harapan keluarga, guru, bahkan bangsa asal kita tahu cara yang tepat untuk mendidik mereka.
Studi Lapangan
Penulis telah melakukan studi lapangan di salah satu sekolah yang mendidik anak-anak yang berkebutuhan khusus secara ganda. Walaupun sekolah ini ganda, keseluruhan siswanya merupakan anak-anak yang memiliki 1 kebutuhan yang sama yaitu retardasi mental. Melihat hal ini, penulis merasa bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus ini terutama yang mengalami retardasi mental, seharusnya dipisahkan dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus lain dalam hal mengajar. Hal tersebut dikarenakan cara mereka menangkap materi pelajaran berbeda satu sama lain, sehingga pihak sekolah perlu lebih peka dengan hal ini.
Dalam studi lapangan ini, penulis juga menemukan bahwa guru-guru yang mengajar juga tidak terlalu fokus pada anak, sehingga guru hanya sekedar mendampingi dan membiarkan anak tersebut bermain sesuka hatinya. Di sisi lain, guru-guru hanya sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Hal lain yang paling terlihat miris yaitu saat masuk ke kelas terapi, ternyata anak tidak diberikan terapi khusus sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi, anak kembali disuruh dan dibiarkan untuk bermain sendiri dan guru pun kembali berkutat dengan urusan pribadinya. Hal ini sungguh menjadi keprihatinan bagi suatu sekolah yang seharusnya memiliki visi dan misi bagi anak-anak didiknya.
Bagi orangtua, mereka sudah mempercayakan anak mereka pada suatu sekolah khusus yang mampu mendidik anaknya. Akan tetapi, bila para orangtua mengetahui kenyaataannya di lapangan apa yang akan mereka lakukan? Bagaimana respon mereka biala mengetahui cara guru-guru itu mendidik anak mereka? Mungkin istilah mendidik diganti dengan mendampingi secara fisik, tetapi pikiran mereka tidak fokus pada si anak.
Informasi-informasi seperti ini perlu diketahui oleh keluarga, para guru, dan orang-orang yang berada di sekeliling anak supaya bisa membantu mendidik anak, membimbing mereka agar menemukan potensinya sehingga bisa dikembangkan secara optimal. Hal-hal berikut yang ingin penulis sampaikan terlebih dahulu bila berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus:
1.    Terimalah perbedaan yang mereka miliki dengan segala kebutuhannya karena di mata Tuhan kita adalah sama. Jangan pernah sekalipun berusaha untuk menolaknya atau bahkan mengucilkannya karena hal tersbut akan menghambat perkembangannya.
2.    Saat mereka tumbuh besar, masukkan mereka di sekolah yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
3.    Bagi para pendidik, buatlah kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak dengan tetap fokus untuk membimbing, mendampingi, dan mendidik anak bukan justru mengabaikan mereka.
4.    Berikanlah materi-materi yang terlihat sederhana tetapi berbobot untuk proses belajar anak. Pemberian instruksi langsung yang sederhana juga sangat bermanfaat. (Journal of Comparison of Direct Instruction and Problem Solving Approach in Teaching Social Skills to Children with Mental Retardation)
5.    Memberikan latihan-latihan seperti: menggambar suatu bentuk bidang.
6.    Media yang digunakan dalam proses pembelajaran sekreatif mungkin.
7.    Pemberian materi lebih yang aplikatif sehingga bisa langsung diterapkan.
8.    Sistem yang ada di sekolah lebih ditegaskan, agar siswanya bisa mempunyai target yang harus dicapai.
9.    Galilah sebanyak mungkin hal-hal postif yang disukai anak, sehingga dapat terus dikembangkan dan mungkin hal itu yang merupakan potensinya.

Hal-hal tersebut juga harus didukung oleh orangtua yang bersangkutan supaya juga mampu melanjutkan mendidik anak saat di rumah. Sebagian orangtua seringkali mempercayakan anak pada sekolah, akan tetapi kurang mau tahu tentang hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Untuk itu perlu ada kesepakatan dari berbagai pihak yang memang berada di sekitar anak tersebut. Hal tersebut dikarenakan anak-anak dengan kebutuhan khusus merupakan tanggung jawab bersama. Kehadiran kita penting untuk perkembangan mereka di masa yang yang akan datang.

Daftar Pustaka
Mangunsong, Frieda. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jilid 1. LPSP3. Jakarta
Ormrod, Jeanne, Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Barlow, Durand. 2007. Psikologi Abnormal Jilid 2. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Ofm, Yustinus, Semium. 2006. Kesehatan Mental 2. Kanisius: Yogyakarta.
Hodapp, Edward, dkk. 1991. Behavioral Functioning In Individuals With Mental Retardation. Journal of Psychology, Vol42:29-50.
Journal of Comparison of Direct Instruction and Problem Solving Approach in Teaching Social Skills to Children with Mental Retardation.



Sherly (099114068)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar