Kamis, 20 Desember 2012


Aku tidak bisa bicara, aku butuh perhatianmu ibu.
Seorang guru SLB yang menceritakan anak-anak didiknya yang mengalami gangguan bicara. Disebabkan oleh orang tuanya yang kurang perhatian kepada anaknya dan tidak tahu cara membentuk perilaku anak atau tidak bisa mengajari anaknya. Kisah anak-anak yang kurang diperhatikan orang tua. Yang pertama, anak yang tidak bisa bicara namun perilakunya sering meludahi orang-orang yang ada disekitar. Perilakunya begitu karena orang tuanya tidak memperhatikan anaknya ketika bermain dengan temannya yang lebih besar dari dia, kemudian anak itu diperlakukan kasar dan dibuat tidak bisa bergerak secara berkali-kali hal tersebut dilakukan oleh temannya hingga dia melakukan pertahanan diri menggunakan ludahnya karena ia tidak dapat bicara. Ibunya juga terlamabat menyadari bahwa anaknya tersebut mengalami gangguan bicara karena ibunya tidak pernah memperhatikannya. Setelah ia menyadarinya baru saja ia memasukkannya ke SLB. Anak yang kedua, anak yang autis dan tidak bisa bicara. Perilakunya tidak jelas dan sering melihat ke atas. Ia juga kurang mendapat perhatian dari ibunya karena ia memiliki adik bayi sehingga ia sering ngamuk atau marah ketika adiknya menangis. Anak yang ketiga, anak yang tidak bisa bicara dan dikucilkan oleh semua anggota keluarganya dan ibunya hanya sedikit peduli kepadanya. Dari cerita kisah-kisah tersebut orang tua kurang memperhatikan anaknya. Hal terpenting bagi anak-anak yang mengalami hambatan adalah perhatian dan kasih sayang orang tuanya.

pendekatan psikologis dibutuhkan untuk menguatkan orang tua dalam  rangka menerima apa yang terjadi pada anak-anaknya. Hal yang senada ditemukan oleh Sri Rachmayati dan Anita Zulkaida. Dalam penelitian kualitatif yang mereka lakukan terhadap tiga keluarga. dari tiga keluarga hanya 1 keluarga yang dapat menerima keadaan anaknya. Hal ini dikarenakan kurangnya kelekatan dengan anak sebagai akibat dari kesibukan mereka dan penyerahan pengasuhan anak pada pengasuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, mereka mengelompokkan beberapa tahap yang sering dialami orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Pertama adalah merasa kaget dan cemas. Lama kelamaan mulai memahami keadaan anak entah lewat pengamatan sehari-hari ataupun bertanya pada ahli. Tahap selanjutnya adalah mencoba untuk memahami apa yang sudah dapat dan belum dapat dilakukan oleh anak. Berikutnya orang tua akan mulai memahami sumber terbentuknya perilaku. Pada tahap ini biasanya orang tua akan melakukan teknik pemberian reward agar anak melakukan perilaku yang diinginkan. Pada akhirnya kesemua orang tua mengupayakan semua hal yang sesuai untuk penanganan anak-anaknya.
Pengetahuan orang tua yang mengalami gangguan cukup kurang bagaimana cara membentuk perilaku mereka, kerap kali orang tua yang memiliki ke cacatan tidak membentuk prilakunya tetapi mengasihaninya dan mengaggapnya sebagai anak yang tidak mampu melakukan apa-apa. Dan tak jarang orang tua menolak anaknya sehingga orang tua tidak mempedulikannya.

Apabila kita memiliki anak yang mmengalami gangguan atau cacat kita harus beri perhatian apa pun keadaan anak. Kemudian yang tidak kalah penting pengetahuan orang tua tentang mendidik anaknya yang memiliki gangguan bicara. Membentuk prilaku anak bisa dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
      Rumusan classical conditioning
     NS  saja = netral atau tidak ada respon
     US saja = UR (respon yang muncul tanpa pengkondisian)
     NS + US (dilakukan berulang) = CR (respon hasil asosiasi)
     NS beruban menjadi CS (stimulus hasil pengkondisian)
     CS saja = CR (respon)
Contooh kasus: Saat main anak merasa senang, Ketika anak bermain, orang tua/ guru mengajak anak belajar, Perilaku dilakukan berulang, Akhirnya anak berpikir belajar = bermain, sehingga anak menjadi senang.
      Operant Conditioning (Skinner)
Reinforcement : proses pengulangan perilaku karena adanya pemberian konsekuensi (+), yaitu pemberian sesuatu yang menyenangkan atau pengambilan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Punishment : proses pengurangan perilaku karena ada konsekuensi (-), yaitu pemberian sesuatu yang tidak menyenangkan atau pengambilan sesuatu yang menyenangkan. Contoh : Anak yang mau melakukan tugas yang sudah diinstruksikan diberikan reward berupa permen, Lakukan perlakuan berulang, Anak akan menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu.
      Social Learning (Bandura)
Observational learning : proses belajar karena individu mengamati sesuatu
Vicarious learning : proses belajar karena merasa (seolah-olah) mengalami suatu peristiwa
Imitative learning : proses belajar karena meniru perilaku orang lain
Modeling learning : proses belajar karena mencontoh seseorang yang menjadi model
Contoh kasus: Jika ingin anak makan dengan cara yang benar maka orang tua harus menunjukkan dan mempraktekkan cara makan yang benar. Melakukan pengulangan, dan membiarkan anak melihat secara terus menerus. Anak akan mempelajari dan melakukan cara yang sama

Pengertian Anak yang mengalami gangguan bicara adalah anak yang mengalami hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif yang dialami seseorang. Hal ini menyebabkan berkurangnya pemahaman bahasa yang diucapkan. Rizzo (1979) menggolongkan gangguan bicara menjadi beberapa kategori pokok, yaitu; kelainan artikulasi, gangguan kelancaran bicara, kelainan suara, dan kelainan bahasa.

karakteristik anak yang mengalami gangguan bicara antara lain:
-          Terjadi anak yang lahir secara prematur
-          Kemungkinan lebih tinggi (mencapai 4 x lipat) pada anak yang belum bisa berjalan pada usia 18 bulan
-          Biasanya belum bisa mengucapkan suatu kalimat pada usia 2 tahun
-          Memiliki gangguan pengelihatan
-          Sering dikategorikan sebagai anak yang kikuk oleh gurunya
-          Kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
-          Sulit membaca
-          Biasanya lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan

Pendekatan yang dilakukan dalam rangka menangani anak dengan gangguan bicara dan bahasa haruslah secara menyeluruh dan menyentuh berbagai aspek. Metode yang dapat digunakan untuk menangani masalah anak luar biasa adalah :
1.      Secara medis, anak dengan gangguan bicara harus mendapatkan penanganan yang tepat. Anak dengan gangguan bahasa dan bicara harus mendapatkan terapi wicara yang dilakukan oleh seorang speech pathologist. Selain itu mengontrolkan anak ke dokter THT untuk menangani kelainan bicara yang mungkin disebabkan kerusakan saluran pernafasan, otot wajah, dan mulut.
2.      Secara psikologis, tidak dapat dipungkiri gangguan bicara bahasa akan mempengaruhi penyesuaian diri penderitanya. Maka dari itu intervensi psikologis penting dilakukan. Pendekatan ini lebih banyak dilakukan pada kasus anak-anak gagap dan anak dengan kelainan bahasa. Namun pada kenyataannya penanganan secara psikologis lebih efektif pada kasus anak gagap dibanding kasus anak dengan kelainan bahasa.
3.      Dalam dunia pendidikan, peran serta guru sangat dibutuhkan selain orang tua dan terapis. Di sekolah, guru harus mampu menstimulasi anak untuk lebih berani dan mau mencoba bicara. Misal dengan mengajarkan bunyi-bunyian spesifik atau dengan mendorong anak berani bicara di depan kelas. Untuk mendukung pendidikan di sekolah orang tua diharap mampu menciptakan lungkungan dan kegiatan bermain yang “memaksa” anak menggunakan verbalisasi. Selain itu, untuk kasus gangguan yang sangat berat, komunikasi antara guru, terapis, dan orang tua sangat diperlukan.
Saran
Hal yang perlu diingat
      Bahwa metode apapun yang dilakukan untuk membentuk perilaku anak akan menjadi sia-sia jika orang tua dan guru tidak  konsisten dalam memberi perlakuan
      Selain konsistensi dan kesamaan pemberian perlakuan , kesabaran juga diperlukan. Bahwa perilaku terbentuk karena proses belajar yang tidak sebentar. Maka jangan menyerah ketika perilaku anak belum bisa berubah.

 Triyanti MeytaPutri/089114092
Sumber :
-          Buku psikologi anak luar biasa
-          Observasi dan wawancara para guru dan orang tua
-          Implementasi program workshop tuna wicara
-          Mary beth, paraprofesisional support students with disabilities: literature from the past decade, 2001.
-          Suran,Bernard, G. dan rizzo. 1979. Special children an introgative approach.





1 komentar:

  1. membaca ini membuat bulu kudu saya merinding
    thanks artikelnya
    www.sepatusafetyonline.com

    BalasHapus